MENYELAMI NILAI MORAL KISAH MELAYU JENAKA SI LUNCAI
Cerita sastra klasik asli dapat disebut dengan cerita rakyat, karena cerita tersebut biasanya berkembang pada rumpun kelompok tertentu dan menceritakan sebuah asal mula tempat dan kejadian.
Cerita sastra klasik merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat lama. Ada tiga nilai pentingnya yang biasanya terdapat pada sastra melayu klasik yaitu, nilai religius, nilai sosial, dan nilai moral dan etika. Penelitian ini menganalisa lebih dalam nilai moral dari kisah si Luncai, penelitian ini menitik beratkan pada segala hal yang berkaitan dengan norma baik dan norma buruk yang berlaku dalam masyarakat.
Si Luncai merupakai kisah sastra klasik zaman asli, kisah ini merupakan cerita jenaka dari tanah Melayu. Kisah yang menceritakan tentang seseorang yang bernama si Luncai dengan segala kecerdikannya mensiasati Baginda raja. Cerita rakyat si Luncai ini tetap memiliki nilai moral yang dapat kita renungi lebih dalam. Terdapat banyak nilai baik dan buruk yang dapat kita ambil dari cerita tersebut.
Kecerdikan dari tokoh si Luncai inilah yang akan dijadikan pembahasan utama dalam membedah nilai-nilai baik dan buruk pada cerita tersebut. Berdasarkan hal tersebut, kita dapat menyimpulkan aka nada tiga spek moral yang akan diteliti yaitu individu, sosial, dan religius.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan analisis data dari nilai moral kisah si Luncai adalah sebagai berikut.
Pada suatu hari hiduplah seorang yatim piatu bernama Si Luncai, ia dipanggil Si Luncai karena memiliki perut besar dan punggung yang bengkok ketika berjalan. Ia bekerja sebagai penjemur dan penumbuk padi serta menjual kayu bakar.
Ia sangat ingin bertemu dengan baginda namun ragu karena merasa dirinya buruk rupa, namun setelah suatu hari ia berdandan dan mengenakan pakaian yang rapih ia memberanikan diri untuk bertemu baginda. Saat ittu baginda baru saja bercukur dan kepalanya botak, ketika Si Luncai melihat baginda ia menangis karena teringat ayahnya yang sudah meninggal memiliki kepala yang sama persis dengan baginda sekarang. Baginda yang melihat si Luncai menangis, murka dan menyuruh algojo untuk menangkap dan membunuh si Luncai.
Si Luncai dibawa ke sungai, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam karung goni untuk ditenggelamkan. Lalu atas kuasa Allah lewatlah seorang saudagar kaya, si Luncai berkata bahwa ia dikurung karena tidak ingin menikah dengan putri baginda, saudagar yang ingin menikahi putri baginda, maka digantikanlah posisi si Luncai dengan suadagar tersebut, dan ditenggelmakanlah saudagar ke dalam sungai.
Selang beberapa lama, si Luncai kembali menghadap pada Baginda dengan pakaian serba putih dan sorban, ia mengaku sebagai malaikat dan telah datang dari akhirat. Si Luncai menyuruh Baginda untuk membuat sebuah menara tinggi agar dapat melihat ayahanda dan ibunda di akhirat, jika Baginda tidak melihatnya ia dianggap anak haram. Maka dibuatlah menara tinggi, Baginda dan semua menterinya mengaku melihat ayahanda dan ibunda agar tidak disebut anak haram.
Lalu si Luncai berjanji untuk mempertemukan Baginda dan ayahanda, dibawalah Baginda ke sebuah gua yang sangat dalam. Baginda terjatuh dan masuk ke dalam mulut naga dan dimakan.
Si Luncai kembali ke desa dan dinikahkan dengan Putri baginda yaitu Putri Lela Kenda, si Luncai pun dijadikan raja. Lalu si Luncai dan Putri Lela Kenda akan melakukan kawin, namun Putri Lela menangis dan menolak si Luncai karena teringat ayahnya. Sampai akhirnya si Luncai tertidur, Putri Lela memutuskan untuk membunuh si Luncai dengan keris ayahnya, ditancakpanlah keris tersebut pada kerongkongan si Luncai dan akhirnya si Luncai mati.
Akhir cerita diceritakan segala tipu daya si Luncai kepada bundanya dan perdana menteri, hingga akhirnya Putri Lela Kenda naik takhta menggantikan ayahnya dan memerintah negeri.
Jalan cerita kisah si Luncai ini memiliki beberapa nilai moral yang dapat kita jabarkan sebagai berikut.
“Saat ittu baginda baru saja bercukur dan kepalanya botak, ketika Si Luncai melihat baginda ia menangis karena teringat ayahnya yang sudah meninggal memiliki kepala yang sama persis dengan baginda sekarang. Baginda yang melihat si Luncai menangis, murka dan menyuruh algojo untuk menangkap dan membunuh si Luncai.”
Penggalan pertama cerita ini kita dapat mengambil dua nilai moral yang berlawan, yaitu nilai baik dari tokoh si Luncai dan nilai buruk dari tokoh Baginda.
Pada cerita dinyatakan tentang si Luncai yang sedih akan teringat dengan ayahnya, namun dianggap mengejek oleh Baginda dan langsung menyuruh algojo untuk menghukum si Luncai. Si Luncai merupakan individu yang lugu pada penggalan cerita tersebut, ia dengan mudahnya menangis karena teringat sosok ayahnya yang telah meninggal. Lalu tokoh Baginda yang dengan tergesa-gesa menurunkan perintahnya ini memiliki sifat palak atau tidak sabaran, terlihat dari tokoh Baginda yang tidak bertanya terlebih dahulu alasan perihal tokoh si Luncai menangis dan malah mengiranya telah mengejeknya, sifat buruk prasangka juga dapat kita lihat dari keputusan yang diambil oleh tokoh Baginda.
Nilai Sosial & Individu
Nilai moral selanjutnya dapat kita ambil dari beberapa kecerdikan yang dilakukan oleh si Luncai pada cerita, nilai moral ini terdapat pada individu yang datang dari tokoh si Luncai dan berdampak pada kehidupan sosial di sekitarnya.
Berikut beberapa adegan kecerdikan yang dilakukan oleh tokoh si Luncai
si Luncai berkata bahwa ia dikurung karena tidak ingin menikah dengan putri baginda, saudagar yang ingin menikahi putri baginda, maka digantikanlah posisi si Luncai dengan suadagar tersebut, dan ditenggelmakanlah saudagar ke dalam sungai.
Si Luncai menyuruh Baginda untuk membuat sebuah menara tinggi agar dapat melihat ayahanda dan ibunda di akhirat, jika Baginda tidak melihatnya ia dianggap anak haram. Maka dibuatlah menara tinggi, Baginda dan semua menterinya mengaku melihat ayahanda dan ibunda agar tidak disebut anak haram.
si Luncai berjanji untuk mempertemukan Baginda dan ayahanda, dibawalah Baginda ke sebuah gua yang sangat dalam. Baginda terjatuh dan masuk ke dalam mulut naga dan dimakan.
Tipu muslihat yang dilakukan oleh si Luncai ini merupakan contoh nilai norma yang buruk dan tidak patut untuk dicontoh. Karena ia menipu orang lain demi kepentingannya sendiri, walaupun pada mulanya tipu muslihat itu ia lakukan untuk menyelamatkan dirinya, namun tetap saja menipu orang lain bukanlah perilaku yang baik untuk dicontoh.
Selain itu si Luncai juga secara tidak langsung telah membunuh dua orang karena perkataannya, niatnya menjadi balas dendam terhadap baginda. Tentu saja balas dendam pun tidak dibolehkan dalam berhubungan sosial.
Namun, terlepas dari itu adegan-adegan tipu muslihat yang disajikan oleh tokoh si Luncai ini berhasil memberikan bumbu-bumbu cerita jenaka yang menjadi poin utama dari cerita.
Kelanjutan dari kisah si Luncai pun tak berakhir begitu saja, karena tipu muslihat si Luncai yang menjadi-jadi hal ini menghilangkan kepercayaan dari tokoh Putri Lela anak dari Baginda dan juga kepercayaan dari menteri dan rakyatnya.
Hingga akhirnya si Luncai mati dibunuh, pada akhir cerita juga kita bisa melihat bahwa perbuatan buruk yang kita perbuat dapat menularkan perbuatan buruk lainnya pada orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar