Cerita si Entong dan Biji Beton sendiri mungkin terdengar familiar bagi penggemar serial tv pertengahan awal tahun 2000an. Pada tahun 2005 cerita si Entong diangkat menjadi serial tv di salah satu stasiun tv swasta di Indonesia, kisahnya sendiri menceritakan tentang si Entong yang ditinggal meninggal bapaknya dan ia diberi pesan untuk rajin mengaji dan belajar, lalu dengan bantuan ustadz Rojali, Entong belajar tentang beribadah, serial tv ini sendiri memiliki genre komedi religi yang sangat sesuai dengan kebudayaan orang-orang Betawi yang khas dengan budaya ceplas ceplos yang jenaka.
Peran Imam Tantowi dalam mebuat serial tv si Entong ini memiliki dampak yang besar bagi penyebaran cerita si Entong yang sebelumnya hanya diceritakan dari mulut ke mulut oleh masyarakat Betawi, hal ini dilihat dari kesuksesan serial tv si Entong yang dibuat hingga 2 musim dan ditayangkan di stasiun tv besar saat itu.
Isi Cerita
Si Entong dan biji beton menceritakan tentang kisah anak Betawi bernama Amin, namun dipanggil Entong karena sapaan khas untuk anak laki-laki di tanah Betawi. Suatu hari ayahnya meninggal dunia, namun karena kelakuannya yang sangat jahat orang-orang tidak ada yang mau menyolatkannya, sebelum meninggal ayah Entong mewasiatkan kepada Entong supaya dia menjadi orang benar dan rajin mengaji.
Entong pun belajar mengaji dengan ustadz Rojali yang terkenal, namun ustadz Rojali berprasangka bahwa Entong memiliki perangak yang sama dengan bapaknya. Ustadz Rojali menyuruh Entong untuk membakar biji beton untuk dimakannya, ketika akan dibakar si Entong bingung karena biji betonnya hanya sembilan. Lalu ketika dibawa dan dihitung oleh pak ustadz, dan benar ternyata hanya sembilan, ustadz Rojali jadi mengira si Entong telah mencuri dan memiliki sifat yang sama dengan bapaknya. Lalu ustadz Rojali menyuruh untuk mengucapkan bissmillahirrahmanirrahim, biji beton sepuluh tinggal sembilan.
Setiap hari si Entong membakar biji beton tersebut dan mengamalkan bacaan yang diperintah ustadz Rojali. Sampai suatu hari ustadz Rojali pergi haji, namun sayangnya si Entong tidak tau karena sedang sakit.
Ketika si Entong sudah sehat ia langsung pergi ke mushola dan tidak menemukan siapa-siapa, si Entong bertanya pada penjaga mushola dan akhirnya ia tahu ustadz Rojali sedang pergi haji.
Si Entong sangat sedih karena tidak sempat bersalaman dengan Ustadz Rojali, ia bertekad untuk menyusul sampai Tanjung Priuk namun kapalnya sudah berangkat. Si Entong merasa sedih lalu ia pergi solat di mushola dekat pelabuhan, ia terus mengamalkan bacaan dari ustadz Rojali. Lalu dengan izin Allah, si Entong tiba tiba terhisap dan sampai ke tanah Mekah, sambil menunggu kapal ustadz Rojali, ia mengerjakan apapun yang ia bisa, ia mencuci hambal, memasak dan lain sebagainya.
Sampai satu bulan akhirnya kapal ustadz Rojali sampai, si Entong langsung berlari menghampiri ustadz Rojali, ustadz Rojali terkejut melihat si Entong. Si Entong mengatakan kalau ia sangat sedih tidaj sempat bersalaman dengan pak ustadz dan ingin pak ustadz nengucapkan namanya ketika berdoa agar dia bisa pergi haji juga. Ia bertanya bagaimana bisa sampai di mekah, lalu si Entong bercerita kalau ia selalu rajin mengamalkan bacaan Bismillahirrahmanirrahin, biji beton sepuluh tinggal sembilan. Ustadz Rojali merasa sangat bersalah, yang awalnya ia maksud untuk meledek si Entong namun ternyata malah diamalkannya setiap hari.
Si Entong juga kembali ke Jakarta dengan cara yang sama, lalu sebulan akhirnya ustadz Rojali sampai dan si Entong dengan wajah yang bersinar menyambut ustadz Rojali, pak ustadz menangis dan meminta maaf kepada si Entong.
Analisis Struktur Cerita
Tema
Tema dalam cerita Si Entong dan Biji Beton adalah
Karakter
Dalam cerita Si Enton dan Biji Beton, terdapat beberapa tokoh, diantaranya:
Si Entong (Amin)
Alur
Alur dari cerita rakyat Betawi Si Entong dan Biji Beton
Latar
Dalam cerita ini, hanya diketahui latar tempat yaitu di lingkungan masyarakat Betawi atau daerah Jakarta dan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar