Sumber: mv BTS Spring Day
Sastra merupakan hasil pemikiran imajinatif seorang pengarang di mana pembuatannya telah melalui proses kreatif, ide imajinasi pengarang tak sepenuhnya muncul semata-mata dari pengarangnya saja, hasil dari pemikiran tersebut banyak didasari oleh lingkungan sosial pengarang mulai dari kehidupan sosial pribadi pengarang, sampai kehidupan sosial bermasyarakatnya. Karena hal ini karya sastra tak lepas dari ajaran-ajaran nilai moral yang pengarang tuangkan dalam bentuk tulisan.
Kenyataan yang ditulis pengarang merupakan kenyataan yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Pemakaian realita masa lampau atau sejarah. Tempat kejadian, tokoh, peristiwa dalam sejarah dipakai sastrawan untuk menulis karyanya.
Kadang pada sebuah karya sastra, penulis bermaksud untuk mengangkat fakta dari peristiwa sejarah yang terjadi secara factual, sehingga akan dekat dengan gambaran sosiologis persitiwa tersebut. Mengingat kembali bahwa karya sastra merupakan tiruan (mimesis) atas persitwia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, maka dapat kita sebut bahwa karya sastra merupakann dokumen yang mencatat realitas masa lalu yang didasarkan pada subjektifitas pengarang.
Salah satu peristiwa yang banyak menjadi kisah sejarah masa lalu disuatu tempat ialah masalah ketimpangan sosial.
Ketimpangan sosial yang terjadi di suatu daerah biasanya didasari oleh bermasalahnya keadaan sosial dan politik di daerah tersebut, lalu timbullah peristiwa-peristiwa penting yang menjadi sejarah, hal inilah yang membuat seorang sastrawan menuangkan sebuah realita sejarah pada hasil karya sastranya.
Banyak hal unik yang dapat dikaji dari peristiwa ketimpangan sosial ini melalu karya sastra, karena kadang sebuah realita akan terhapus jika tak tertulis dan diabadikan. Dengan adanya karya sastra ini sejarah dan hal-hal yang berhubungan dengan ketimpangan sosial akan terekam dan dapat dianalisa dengan lebih mudah.
Pendekatan Analisis
Sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Istilah itu pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosiostruktural terhadap sastra.
Sosiologi sastra dalam
pengertian ini mencakup pelbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoretis tertentu. Pendekatan yang dilakukan oleh kritikus Rusia pengikut Lenin lain dengan yang diterapkan oleh sekelompok penulis Perancis yang meyakini gagasan tentang literature engagee; berbeda pula pendekatan yang dipraktikkan oleh pemerintah komunis Cina di tahun 50-an atau yang dikerjakan oleh beberapa ahli sosiologi Amerika Serikat. Namun, semua pendekatan tersebut menunjukkan satu kesamaan: perhatian terhadap sastra sebagai lembaga sosial, yang diciptakan oleh sastrawan-anggota masyarakat (Damono, 1984:2).
Wellek dan Warren (1993:110-111) menjelaskan bahwa premis utama yang ingin dikembangkan dalam sosiologi sastra adalah frase De Bonald yang menyatakan bahwa literature is an expression of society (sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat).
Berangkat dari premis ini hubungan sastra dan masyarakat dalam perspektif sosiologi sastra secara deskriptif dapat diklasifikasikan menjadi tiga: sosiologi pengarang; isi karya sastra; permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra.
Sosiologi pengarang membicarakan profesi pengarang dan institusi sastra.
Ketimpangan sosial sendiri diartikan sebagai adanya ketidak seimbangan atau jarak yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang disebabkan adanya perbedaan status sosial, ekonomi, ataupun budaya. Ketimpangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghamabt, sehingga mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia.
Terdapat dua faktor yang dapat membuat ketimpangan sosial tersebut terjadi yaitu:
Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Rendahnya kualitas sumber daya manusia disebabkan oleh tingkat pendidikan/keterampilan ataupun kesehatan yang rendah, serta adanya hambatan budaya.
Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini dapat terjadi karena birokrasi atau adanya peraturan-peraturan resmi (kebijakan), sehingga dapat memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. Dengan kata lain ketimpangan sosial tersebut diakibatkan oleh hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan struktural.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar