Senin, 22 Januari 2024

Resensi Buku Goosebumps Hantu Penunggu Sekolah


Judul Buku : Goosebumps: Hantu Penunggu Sekolah
Penulis : R.L STINE
Penerjemah : Hendarto Setiadi
Tebal Buku :149 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan ke-2, Agustus 2015
Goosebumps : Hantu Penunggu Sekolah
 

Tommy Frazer adalah siswa laki laki pindahan di Bell Valley Middle School ia berusia 12 tahun. Pada liburan musim gugur kemarin ayahnya menikah lagi dan segera setelah pernikahannya ia pindah ke Bell Valley. Seminggu pertama disekolahku aku cukup kesepian lalu pada hari senin pagi kemarin Mrs.Borden kepala sekolah kami datang ke kelasku, ia menanyakan apakah ada yang berminat menjadi anggota panitia pesta dansa. Aku langsung mengangkat tangan, aku yakin dengan cara ini adalah cara yang baik untuk mencari teman baru.
 
Oleh sebab itu aku sekarang berada di aula sekolah sedang membuat dekorasi untuk Pesta Dansa tersebut bersama teman baru ku yaitu Ben dan Thalia, Ben an Thalia itu terlihat seperti saudara mereka memiliki mata yang sama berwarna biru, tubuhnya yang langsing dan tinggi, dan juga rambut mereka sama sama pirang. Sedangkan aku, aku cukup pendek dan badanku sedikit gemuk dan rambutku hitam dan kaku. Thalia memiliki kebiasaan untuk menggunakan make up setiap saat, untuk seusianya hal ini sangat aneh. Saat kami sedang membuat spanduk cat yang kami butuhkan kebetulan habis, lalau aku berinisiatif untuk mengambilnya sendiri di ruang gambar. Saat aku sampai di depan pintu ruang gambar aku mendenar suara bibikan cowok dan cewek, setelah kudengar dengan teliti suara mereka mirip dengan suara Ben dan Thalia tapi bagaimana mungkin mereka bisa sampai kesini lebih cepat dariku. Lalu aku membuka pintu dan memanggil “Halo… dimana kalian?” namun tidak ada jawaban sedikitpun, jantung ku cukup berdegup karena suara mereka terus ada dan setiap kutanya mereka ada dimana suara itu hilang lagi, mereka seperti bilang minta tolong namun suaranya terdengar seperti dari arah yang jauh. Setelah aku menemukan kaleng cat aku bergegas keluar namun ternyata aku tersesat di gedung sekolah ini aku terus berjalan sampai akhirnya aku berada diujung koridor. Aku melihat sedikit celah di dinding yang ditutupi papan kayu, saat aku menengok salah satu ruangan aku sangat terkejut ada sekelompok anak-anak melihat kearahku dengan tatapan tajam, namun setelah kuperhatikan ternyata mereka semua hanya patung. Aku meraba semua patung tersebut, mereka benar-benar nyata sangat mirip dengan manusia asli lalu aku baca dibawah patung-patung itu ada sebuah prasati bertuliskan “ANGKATAN 1947”. Tiba-tiba salah satu patung memekik “sedang apa kau disana” aku terdiam cukup lama lalu pertanyaan itu datang lagi setelah ku lihat ternyata suara itu berasal dari Mrs.Borden, aku bilang bahwa aku ingin kembali ke aula namun aku tersesat, lalu Mrs.Borden mengantarkanku kembali ke aula, aku bertanya kepadanya kenapa disana ada banyak patung-patung, siapa mereka? lalu Mrs.Borden menjelaskan bahwa mereka adalah angkatan pertama sekolah ini mereka semua ada 25 orang namun suatu hari tiba-tiba mereka semua lenyap,lenyap entah kemana karena kejadian ini gedung sekolah lama ditutup, dan sebagai penghormatan kepada 25 siswa ini seniman kota membuat patung yang diambil dari foto kelas mereka. Seketika aku terkejut dengan cerita Mrs.Borden aku sampai menjatuhkan kaleng cat yang kubawa, aku bilang maaf Mrs.Borden karena sudah tersesat dan datang keruangan tersebut, Mrs.Borden hanya bilang tidak apa-apa dan kembali menunjukkan arah yang benar ke aula.
 
Akhirnya aku sampai di aula. Sesampainya aku di aula aku sempat tesandung kembali akibat ulah Ben dan Thalia. Beberapa hari kemudian saat aku sedang duduk tenang di bangku paling belakang aku melihat Greta mengambil lipstick milik Thalia, ia mengolok-ngolok Thalia dengan melempar-lemparkan lipstiknya pertengkaran mereka cukup sengit, Greta sempat mencoreng-coreng wajah Thalia dengan lipstick tersebut seketika Thalia menangis dan ketika itu terjadi aku berusaha untuk angkat bicara dan memisahkan mereka berdua. Lalu guru kami Mr.Devine kembali keruangan dan susasana kelas kembali normal aku sempat bingung kenapa Thalia sampai segitunya dengan lipstick tersebut aku sempat ingin bertanya kepadanya dan juga aku ingin bertanya kenapa dia selalu memoleksan make up setiap saat, namun pertanyaan ini aku urungkan.
 
Malam pesta dansa akhirnya dimulai aku, Ben, dan Thalia merapihkan segala dekorasi di ruangan pesta. Beberapa menit sebelum acara dimulai pengisi acara pesta ini akhirnya datang mereka adalah sebuah band yang ditunjuk langsung oleh Mrs.Borden, ku lihat band itu cukup aneh mereka terdiri dari enam orang yaitu lima orang bermain gitar listrik dan yang satunya bermain drum. Ku lihat salah satu dari mereka adalah Greta. Saat band tersebut mulai latihan Great menyenggol dekorasi dipanggung dan al hasil spanduk di panggung tersebut robek terbelah menjadi dua, Greta hanya bilang “sori..” aku dan Ben pun bergegas untuk mencari selotip, kami mengambil selotip di ruang gambar namun saat kami menuju ruang gambar kami tersesat. Kami berlari lari di koridor agar cepat sampai ke ruang gambar namun Ben malah menabrak dinding hingga bolong. Ku lihat didalam sana gelap tidak ada penerangan “Mungkin ini adalah gedung lama.” Aku dan Ben memutuskan untuk masuk ke dalam sana karena kami melihat sebuah lift. Mungkin lift ini dapat mempercepat kami sampai di ruang gambar.
 
Saat kami masuk lift tersebut, tiba-tiba lift nya tertutup dan kami terjebak didalam sana liftnya tidak bergerak aku mencoba semua tombol di dalam sana, saat aku menekan tombol berwarna merah tiba-tiba liftnya berdengun lalu mulai bergerak. Kami sangat terkejut karena lift tersebut bergerak ke samping. Lalu lift tersebut berhenti aku mencari-cari tombol agara dapat keluar, saat aku keluar ruangannya sangat gelap aku dan Ben berusaha mencari sklar lampu kami berjalan menyusuri tembok, saat kami berjalan tiba-tiba terdengan bunyi suara batuk, dan saat itu pula lampu diruangan tersebut menyala namun warnanya kelabu dan remang-remang.

Lalu ada seorang anak laki-laki menyeru hei kepada kami kulihat warna kulitnya kelabu, semuanya hitam putih. Disana ada 3 cewek dan 2 cowok saat mereka melihat aku dan Ben mereka sangat kegirangan. Lalu laki-laki yang tadi berteriak “Stop!!” “jangan ganggu mereka”. “Maaf kami hanya sudah sangat lama tidak melihat warna.” aku dan Ben sangat terkejut dan sedikit bingung. Aku dan Ben menanyakan bagaimana jalan keluar dari tempat ini. Namun kata mereka tidak ada jalan keluar. Aku dan Ben sangat kebingungan saat itu, dimana ini, dan bagaimana caranya untuk keluar. Pada saat itu salah satu dari mereka memperkenalkan diri “Namaku Seth, dia Mary, Eloise, Eddie dan Mona. Tempat ini bukanlah disekolah” lalu aku bilang kepada mereka untuk jangan bercanda, aku mencoba berbagai cara untuk keluar lalu kulihat ada sebuah pintu di ujung sana kucoba membukanya namun ternyata pintu tersebut tidak dapat dibuka.
 
Suatu hari kami angkatan pertama sekolah ini akan mengambil foto, waktu itu kami sangat senang dan bercanda satu sama lain, aku masih ingat siapa yang mem foto kami namanya Mr.Bunglon, saat itu foto masih berwarna hitam putih, saat difoto keluar cahaya putih yang sangat terang kami menutup mata dan saat kami membuka mata kami sampai di dunia ini. Aku dan Ben sangat panik mendengar penjelasan mereka, setelah itu aku dan Ben berusaha keluar lewat jendela dan ternyata saat kami keluar, disana sangat berbeda, berbeda dengan sekolah kami sangat gelap dan berkabut. Kami berlari-lari entah kemana dan kami bertemu dengan 19 anak lainnya ternyata mereka sudah gila, mereka berteriak-teriak dan menangkap kami.
 
Lalu Seth dan keempat temannya menolong kami, dan kami semua berhasil lari dari mereka. Kami kembali kesekolah dan berpikir bagaimana cara kami agar dapat keluar. Saat ini sekujur tubuh kami hampir berubah menjadi kelabu hanya pipi dan hidung kami yang belum berubah.
 
Aku pun bertanya kepada Seth apakah tidak ada satupun yang berhasil keluar dari sini, mereka bilang ada dan mereka tidak tahu bagaimana dia bisa keluar.Saat kami semua kebingungan tiba-tiba lift di ruangan tersebut kembali berdengung. Kami semua seketika melihat kearah tersebut saat pintu itu terbuka, dan ternyata yang keluar adalah Thalia. Jadi Thalia yang berhasil keluar dari dunia kelabu tersebut.
 
Thalia menjelaskan bagaimana dia bisa keluar, ia menggambar jendela di tembok dengan sebuah lipstick ditasnya yang ternyata masih berwarna. Aku mengajak yang lain untuk kembali ke dunia yang berwarna namun mereka tidak mau, Thalia bilang dai sangat tersiksa setiap hari ia harus mengoleskan make up agar kulitnya tidak berwarna kelabu lagi. Mereka sudah bisa menerima bahwa dunia kelabu ini adalah tempat mereka. 
 
Aku dan Ben pun keluar dengan lipstick dari Thalia, Kami langsung kembali ke aula, saat kami sampai di aula Mrs.Borden menyuruh kami untuk cepat berkumpul untuk mengambil foto. Semua panitia sudah siap untuk di foto, lalu “Oke Mr. Bunglon semuanya sudah siap.” “Mr siapa??? aku memekik bertanya siapa namanya, “jangan, tunggu, tunggu!!” Jepret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dekonstruksi dalam Penggalan Lirik Lagu BTS Pied Piper

Dekonstruksi dalam Penggalan Lirik Lagu BTS Pied Piper [Rap Monster] Berhenti menonton dan belajar untuk ujianmu Orangtuamu dan ...