Senin, 22 Januari 2024

Resensi Novel Hujan Tere Liye


Judul Buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Tebal Buku : 317 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan ke-8, Februari 2016

Hujan
 
Cerita berawal ketika Lail yang sedang berada diruangan putih bersama seorang dokter, ia berencana untuk menghapus memorinya tentang “Hujan”. Lail disuruh untuk menceritakan bagian mana yang ia ingin hapus, dan cerita bermula dari kejadian delapan tahun lalu ketika ia berusia 13 tahun. Pagi itu bumi tengah merayakan lahirnya bayi ke 10 miliyar di bumi, seluruh papan iklan, lampu lalu lintas, televisi di pinggir jalan membicarakan tentang berita tersebut. Hari itu adalah hari pertama Lail sekolah seletah libur panjang, ia diantar oleh ibu nya yang seorang pekerja kantoran dan ayah nya sibuk bekerja di luar negeri. Ketika ia berangkat pagi itu cuaca cukup sejuk dengan sedikit gerimis di langit, Lail sangat menyukainya ia sibuk dengan pikiran bagaimana suasana sekolah nanti dan gerimis. Lail dan ibunya berangkat menggunakan kereta berbentuk kapsul, selama perjalanan ibunya sibuk menelpon rekan kerja memberitahukan bahwa ia akan terlambat dan televisi di kereta membicarakan tentang mc yang bertanya bagaimana menghentikan pertumbuhan penduduk, si nara sumber bilang bumi membutuhkan suatu bencana yang sangat besar dan mematikan. 
 
Ketika kereta bawah tanah itu berjalan sekitar 30 menit, tiba-tiba kereta tersebut me ngerem secara mendadak semua bagian kereta berhamburan kemana-mana penumpang di dalam kereta terpelanting ke mana-mana beberapa detik kemudia lampu di sana mati. Lail mencari ibunya, begitupun dengan ibunya beberapa orang di kereta bertanya-tanya apa yang terjadi. Lail dan ibunya akhirnya dapat bertemu, Lail cukup kesakitan coklat panas yang ia pegang tumpah kemana-mana dan terkena lengannya, pahanya pun terinjak oleh penumpang lain. Lalu dari luar kereta muncul cahaya, diketahui cahaya itu dari petugas kereta bawah tanah. Penumpang yang masih selamat disuruh keluar untuk mengevakuasi mereka. Telah terjadi letusan gunung berapi terbesar sekaligus gemba bumi sekitar sepuluh skala, kami semua mencari tangga darurat ketika kami mencari tangga darurat gempa susulan terus terjadi. Hanya sepertiga orang yang selamat, akhirnya kami sampai di tangga darurat. Aku dan anak laki-laki beserta ibuku naik tangga terlebih dahulu, ketika aku hampir sampai permukaan lagi-lagi terjadi gempa susulan, tangga darurat dari bawah terus runtuh menjalar keatas aku berusaha keras untuk cepat sampai keatas, sampai tiba pegangan tangga ibuku lepas dan akhirnya jatuh kedalam tanah empat puluh meter, aku berusaha meraih tangan ibuku namun tidak berhasil akupun hampir jatuh sampai ketika anak laki-laki diatasku meraih tasku dan menarikku keatas. Aku hanya dapat menangis melihat kebawah sana dan ternyata seisi kota telah hancur rata dengan tanah. Orang-orang yang masih hidup merintih kesakitan. Anak laki-laki itu memperkenalkan dirinya namanya adalah Esok, ia juga telah kehilangan empat saudara laki-lakinya yang terkubur di kereta sana, mereka berdua mencari tempat untuk berteduh karena saat ini sedang hujan, biasanya aku menyukai hujan namun tidak kali ini hujan seperti menangisi kondisi sekarang. Lail dan Esok berteduh di sebuah taman di rumah-rumahan plastik, setelah hujan reda mereka pergi kerumah mereka. Lail melihat rumahnya hancur dan rata dengan tanah begitupun dengan rumpah-rumah tetangganya, Esok mengajaknya untuk datang kerumahnya ke toko kue ibunya, hampir satu jam kami berjalan kesana dilihat dari kejauhan toko kue ibunya masih utuh, Esok berlari dan membuka pintu toko tersebut, perabotan, kue, dan bahan-bahan kue berhamburan. Ia memanggil-manggil ibunya, Lail menunggu Esok dari luar sambil berharap semoga ibunya masih selamat. Sejak saat itu Esok menjadi seseorang yang sangat penting bagi hidup Lail.
 
Kaki Ibu Esok tertimpa oleh lemari, ia masih selamat namun tidak sadarkan diri. Lail berteriak kearah para petugas. Mereka mengangkat lemari tersebut dan membawa ibu Esok ke dalam ambulance Esok dan Lail juga masuk kedalam mobil tersebut. Ibu Esok dibawa ke rumah sakit terdekat. Ibunya tidak kunjung sadar, keesokan harinya wali kota mengumumkan tempat pengungsian, mereka mengungsi disebuah stadion. Pagi-pagi lail dan esok berjalan ke stadion, sesampainya disana Lail bertanya ke petugas apa ayahnya masih selamat, ia memberitahukan dimana kota tempat ayahnya bekerja. Namun petugas tersebut bilang tidak, tidak ada satupun yang selamat kota itu sudah ditenggelamkan gelombang tsunami 40 meter. Lail kembali menangis lagi, memikirkan bagaimana dia hidup tidak ada orang tuanya. Sejak pagi itu ia tidak sedikitpun memakan makanannya, sampai hujan abu dari letusan gunung berapi itu turun semua orang diperintahkan untuk mengenakan masker, keesokan harinya saat bangun Esok tidak melihat dimana Lail berada ia mencari-cari disetiap tenda. Saat itu hujan akan turun, namun kali ini hujan ini akan sangat berbahaya, ia mencari keluar stadion dengan sebuah sepeda mencari-cari dimana Lail berada ia menuju ke reruntuhan rumah Lail namun ia tidak ada disana, hujan semakin banyak turun namun masih jarang-jarang. Ia bergegas mencari Lail ia menuju ke lubang 40 meter dimana ibu Lail terkubur, akhirnya Esok berhasil membawa Lail. Esok membujuk Lail untuk bergegas karena hujan ini akan sangat berbahaya, ini adalah hujan asam. Mereka menaiki sepeda dan bergegas mencari tempat meneduh karena hujan semakin deras. Mereka berteduh di rumah-rumahan plastik di taman kota. Semenjak hari itu Esok benar-benar menjadi orang yang sangat penting baginya.
 
Sejak hari itu Lail mulai sering membantu di pengungsian, ibu Esok sudah sadar dan terpaksa kakinya harus di amputasi, satu bulan berlalu keadaan kota sudah membaik bangunan-bangunan kembali di bangun, para warga yang berada di pengungsian akan dibawa ke panti-panti. Lail akan pindah ke panti sosial, sore itu Esok bilang bahwa dia akan di adopsi, ibunya juga akan dirawat oleh orang tua angkatnya. Lail sangat senang mendengarnya, namun itu artinya mereka akan berpisah dan akan jarang untuk bertemu. Lail akhirnya pindah ke panti sosial, dan Esok dibawa oleh orang tua angkatnya. Panti sosial tempatnya tinggal memiliki 6 lantai, Lail tinggal bersama dengan anak perempuan yang seusia denganku namanya Maryam ia memiliki rambut kribo, dan Maryam adalah teman yang sangat baik dan periang. Setiap hari Lail berangkat sekolah menggunakan bus umum, dan setiap hari pula ia melewati sekolah Esok namun ia tidak pernah sekalipun melihatnya. Sampai suatu hari besok adalah waktu liburnya anak-anak dip anti sosial akan dibebaskan untuk melakukan kegiatan yang mereka mau. Saat itu Lail pergi ke taman dan membaca buku sendirian, karena ia bosan ia memilih untuk kembali ke panti sosial. Lail naik bus dan kembali ke panti sosial, saat bus sudah berjalan ada seseorang yang mengetuk-ngetuk kaca bus ini, saat Lail lihat ternyata itu adalah Esok, ia meminta pak supir untuk menghentikan bus nya, Lail dan Esok akhirnya bertemu kembali mereka, mereka menceritakan keseharian mereka. Esok sekarang sudah kelas 12 ia lompat kelas dan sebentar lagi ia akan masuk universitas. Lail dan Esok sekarang sudah memiliki jadwal tetap untuk mereka bertemu, satu bulan sekali mereka bisa bertemu dan bercakap banyak hal. Sampai di suatu minggu, Esok memberitahukan bahwa ia akan masuk universitas, ia akan pindah ke ibu kota itu artinya mereka akan makin jarang untuk bertemu, Lail menahan air matanya, sampai akhirnya mereka harus berpisah. Lail melihat Bapak Wali Kota menghampiri mereka berdua, wali kota mejemput Esok. Lail baru mengetahui kalau Bapak wali kota adalah orang tua angkatnya, selain itu ia bersama ibu wali kota dan seorang anak perempuan, yang pasti dia adalah adik angkat Esok, mereka akan berpisah lagi. Satu bulan kemudia Esok berangkat ke universitas Lail mengantarkannya bersama dengan ibu angkat dan adik angkat Esok, setelah melepas kepergian Esok ia kembali ke panti sosial, Lail kembali ke rutinitasnya di panti sosial seperti biasa, lalu suatu hari ketika Lail dan Maryam mengikuti kelas tambahan memasak, Maryam bilang kalau dia sudah mulai bosan dengan kegiatannya, ia bilang kalau ia lebih ingin mengerjakan sesuatu yang lebih jelas membantu banyak orang. Keesokan harinya Maryam mengajak Lail ke suatu gedung, Maryam mendaftarkan mereka berdua untuk menjadi relawan suka rela mereka mengikuti sebuah tes, awalnya mereka hampir tidak lulus karena mereka belum cukup usianya namun dengan bujukan Maryam akhirnya mereka diizinkan untuk mengikuti tes seleksi, dan mereka akan menunggu hasilnya selama seminggu.
 
Seminggu kemudian Lail dan Maryam dipanggil oleh ibu panti, mereka berdua lolos tes seleksi setelah itu mereka harus mengikuti pelatihan-pelatihan selama satu tahun. Hingga sampai di tes terakhir mereka harus melewati berbagai rintangan dan kubangan lumpur mereka berdua berhasil mencetak waktu paling cepat dengan 45 menit. Kesibukannya di organisasi relawan dapat melupakan segala pikiran tentang ayah, ibu, dan juga Esok. Besok dia akan dilantik menjadi anggota resmi organisasi, 54 orang di lantik dan disematkan sebuah pin setelah orang ke-54 disematkan pin mereka semua sudah resmi menjadi anggota, mereka sangat gembira banyak yang saling melemparkan badannya kelumpur Lail menjauh dari kerumunan dan duduk di bawah pohon ia melihat pin yang tadi disematkan lalu tiba-tiba ada suara laki-laki yang sangat ia kenali, Esok. Esok melihat upacara pelantikan ku mereka berdua pergi selama seharian melihat lubang kereta bawah tanah, pergi ke taman kota, dan juga ke toko kue ibunya Esok. Toko kuenya sudah dibangun lagi, mereka bercakap-cakap banyak hal, termasuk Lail yang menanyakan berita yang ia ihat tadi malam tentang keadaan iklim dunia. Sampai malam tiba Esok harus kembali karena besok dia akan berangkat pagi-pagi sekali. Lail juga akan di tugaskan di sektor 4 besok. Pagi hari Lail sempat mengantar Esok berangkat dengan kereta bawah tanah, setelah itu Lail bergegas ke koridor 7 ketempat dimana dia akan berangkat ke sektor 4, mereka menaiki kereta dan Lail termenung meliat keadaan di kota lain masih mengenaskan dan belum pulih dari bencana tiga tahun lalu. Sesampai disana Lail dan Maryam mengikuti rapat penugasan di sektor 4 nanti, mereka mulai mengerjakan banyak hal membantu di rumah sakit darurat dan banyak hal. Lail dan Maryam memulai aktifitasnya pagi-pagi sekali sampai jam delapan malam, Lail juga kembali dapat melupakan kenangannya tentang Ibu, ayah, dan Esok.
 
Lail dan Maryam memutuskan untuk menjadi seorang perawat setelah lulus nanti, enam bulan kemudia mereka ditugaskan di sebuah kota terpencil di lereng bukit kota tersebut sangat memprihatinkan. Sampai suatu hari terjadi badai yang sangat besar bendungan yang ada di kota tersebut sudah retak, mereka harus memperingatkan kota diseberang sana, Lail dan Maryam dengan ke nekadan yang besar mereka lari sejauh 50 km dalam keadaan hujan badai untuk menyampaikan pesan tersebut ke kota sebelah, mereka tepat waktu menyelamatkan seluruh penduduk kota tersebut. Cerita mereka berdua akan dijadikan materi pembelajaran beberapa tahun kedepan. Kejadian heroik ini adalah kenangan indah bagi Lail. 
 
Lail dan Maryam mulai serius belajar agar mereka bisa menjadi seorang perawat, mereka berdua akhirnya dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Ketika libur panajng Lail dan Maryam sempat berkunjung ke toko kue Ibu Esok mereka membantunya dan Lail juga ikut menanyakan apakah Esok akan pulang atau tidak, namun Ibu Esok bilang bahwa Esok tidak pulang. Lail menceritakan tentang Esok kepada Maryam, sesampainya di panti sosial mereka mendapatkan berita bahwa mereka mendapat penghargaan dari organisasi relawan mereka akn ke ibu kota. Saat di Ibu Kota mereka melihat tekhnologi yang sangat mutakhir, hari penerimaan penghargaan dimulai mereka melihat video simulasi Lail dan Maryam ketika menyeberangi lumpur, nama mereka dipanggil mereka mendapatkan penghargaan dan mendapatkan lisensi kesehatan tertinggi lalu mereka turun ke belakang panggung dan betapa terkejutnya Lail ketika ia bertemu Esok dan Maryam juga ikut terkejut bahwa Esok yang dimaksud Lail adalah Soke Bahtera ilmuan termuda, Lail dan Esok menghabisan waktu satu jam mereka di landmark ibu kota, Lail juga menceritakan bahwa ia diterima di sekolah ke perawatan ia akan pindah ke asrama setelah libur panjang. Pertemuan mereka berakhir dan ini sudah lebih dari cukup bagi Lail. Lail dan Maryam kembali ke ibu kota mereka juga mempersiapkan untuk pindah ke asrama, Lail dan Maryam memulai kuliahnya mereka belajar banyak hal, di sana juga mereka tinggal di kamar yang sama dengan kamar yang lebih luas dan tekhnologi yang lebih hebat dari panti sosial.
 
Lail dan Maryam menjalani kuliah mereka dengan rajin, mereka juga sering mengunjungi toko kue Ibu Esok. Saat liburan mereka pernah ditugaskan di sektor 1 tempat yang paling buruk keadaannya disana tidak ada sumber makanan, wabah penyakit meraja lela. Iklim makin ekstrim di berbagai negara, salju yang turun di kota semakin banyak dan pasokan makanan semakin berkurang penduduk sekitar makin tidak teratur mereka melakukan demo besar-besaran, mendesak pemerintah untuk meluncurkan pesawat ulang alik ke udara agar iklim kembali menjadi normal. Satu hari setelah demo dan kerusuhan terjadi dimana-mana pemerintah memutuskan untuk meluncurkan pesawat ulang alik sekarang lengkap seluruh negeri sudah meluncurkan pesawat tersebut, keesokan harinya matahari muncul dan salju sudah mencair hari ini sudah berubah menjadi musim semi, Lail dan Maryam sudah menyelesaikan ujian tingkat duanya dengan hasil yang sempurna, organisasi juga tidak terlalu membutuhkan relawan karena kondisi negeri sudah membaik. Mereka berdua memutuskan untuk pergi mengunungi Ibu Esok dan membantunya membuat kue, Ibu Esok bilang kalau tiga bulan lagi Esok akan diwisuda, Lail terus-terusan memikirkan Esok setiap harinya sampai suatu malam Esok menelepon Lail, mereka membicarakan banyak hal, Esok juga mengundang Lail untuk datang ke acara wisudanya. Lail sangat senang malam itu.
 
Satu hari sebelum wisuda, Lail dan Maryam berangkat ke ibu kotea mereka liburan ke berbagai tempat di ibu kota lalu saat hari wisuda Lail dapat bertemu dengan Esok namun Esok lebih sering menghabiskan waktunya dengan orang tua angkatnya dan juga Claudia. Lail merasa cemburu ia memutuskan untuk kembali ke hotel tanpa bicara sedikitpun dengan Esok. Keeseokan harinya Lail dan Maryam pulang mereka bertemu dengan Esok di stasiun pertemuan mereka sangat sebentar hanya 5 menit. Setelah kejadian itu Lail memutuskan untuk tidak terlalu berharap dengan Esok. Selain itu keadaan di bumi makin bermasalah karena zat emisi yang dulu dibuang oleh pesawat ulang alik mengakibatkan awan tidak dapat terbentuk sehingga selama enam bulan ini tidak pernah turun hujan. Kekeringan mencuat dimana-mana, organisasi relawan semakin banyak tugas, kondisi yang mereka hadapi sekarang juga berbeda dengan dulu mereka belajar lebih banyak lagi. Lail dan Maryam juga disibukkn dengan ujian akhirnya di sekolah keperawatan, hasil ujian akhir mereka memuaskan dan seminggu lagi mereka akan diwisuda, Lail memutuskan untuk tidak memberitahukan Esok bahwa dia akan diwisuda.
 
Setelah wisuda semua mahasiswa yang diwisuda merayakan kellusan mereka, mereka saling menceburkan diri ke kolam, Lail buru-buru kabur dari kerumunan itu dia berlindung di dekat pohon menjauh dari mereka tiba-tiba datang sesosok pria yang ia kenali menyapanya. Esok datang ke wisudanya, usaha Lail setahun terakhir untuk melupakannya runtuh. Mereka berkeliling kota melewati semua tempat kenangan mereka, akhirnya mereka sampai di lubang 40m tempat ibu Lail dan empat saudara Esok terkubur, disana Esok menceritakan bahwa manusia akan mengalami kepunahan, delapan tahun ini aku membuat sebuah kapal yang akan mengirim 10.000 orang untuk pergi ke luar angkasa dan berkembang biak disana setelah kondisi iklin di bumi membaik baru kapal itu akan kembali ke bumi. Sepulangnya dari bertemu Esok, Lail sangat cemas dan bingung ia menceritakan semuanya kepada Maryam, mereka berdua tidak dihubungi itu artinya mereka tidak akan menaiki kapal tersebut. Lail dan Maryam pergi ke sektor 3 untuk membantu penduduk disana, kondisi disana lebih parah tidak ada pasokan air, tanaman kering. 2 minggu lagi kapal itu akan berangkat namun Lail belum juga mendapatkan penjelasan dari Esok, ia tidak ingin menaiki kapal ia hanya ingin tau penjelasan dari Esok.
 
Esok satu-satunya yang mengerti tentang kapal tersebut ia pasti akan ikut dan memberikan satu tiketnya kepada Claudia seperti apa yang wali kota beritahukan, begitupun kata ibu Esok. Sampai dua hari menuju keberangkatan kapal tersebut Esok juga belum kunjung menghubungi Lail, Lail sangat sedih dan cemas hingga akhirnya ia memutuskan untuk datang ke pusat terapi saraf melupakan segala kenangan menyedihkannya. Maryam mengetahui niat Lail ia langsung mengejar Lail namun terlambat, Lail sudah menjalani prosedurnya. Satu jam menuju keberangkatan pesawat Maryam masih menunggu Lail diluar dengan penuh kecemasan ia memutuskan untuk menelpon Esok. Ternyata Esok tidak ikut naik kapal, pemikirannya ia cloning kan kepada mesin dan dua tiket itu ia berikan kepada Claudia dan ibu Esok. Setelah mengetahui bahwa Lail akan menghapus segala ingatannya Esok buru-buru ke pusat terapi saraf, ia berhasil menerobos ruang tersebut. Esok menangis melihat Lail, ia bertanya apa Lail masih mengingatku, ia bertanya berkali-kali, tiba-tiba Lail tersenyum dan bilang “Kamu yang ku berikan topi biru itu, Esok”. Ternyata sebelum semua proses itu selesai Lail memutuskan untuk menerima semua kenangannya. 
 
Berita tentang kapal tersebut disiarkan di seluruh penjuru dunia, semua orang pasrah dan siap menerima semua keadaan. Mereka akan saling membantu dan merangkul satu sama lain saat keadaan sulit ini hingga waktunya tiba. Sebulan kemudian Lail dan Esok menikah. Yang terpenting adalah mereka yang dapat menerima maka mereka akan hidup bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dekonstruksi dalam Penggalan Lirik Lagu BTS Pied Piper

Dekonstruksi dalam Penggalan Lirik Lagu BTS Pied Piper [Rap Monster] Berhenti menonton dan belajar untuk ujianmu Orangtuamu dan ...